Friday 18 September 2015

Kenapa Terjadi Perbedaan Awal Zulhijjah Pemerintah Indonesia, Nu, Muhammadiyah dan Arab Saudi


Cipitmeni.blogspot.com-- Perbedaan Penentuan awal bulan khususnya terjadi pada saat penentuan puasa, Idul Fitri dan Idul Adha karena mereka memiliki masing-masing metode dalam menentukan awal bulan. Berikut ini 11 poin kenapa terjadi perbedaan awal penentuan bulan oleh pemerintah Indonesia, Arab Saudi dan Ormas-ormas Islam lainnya :

1. Pada dasarnya, ada dua metode penentuan awal bulan hijriah bagi umat Islam, yaitu metode HISAB dan RUKYAT. Oleh karena ada dua metode tersebut, maka acapkali terjadi PERBEDAAN dalam penentuan awal bulan hijriah, baik secara lokal, nasional maupun internasional.

2. Di Indonesia, perbedaan itu pun terjadi. Pemerintah, Muhammadiyah dan Persatuan Islam menggunakan metode HISAB, sementara Nahdlatul Ulama, Hizbut Tahrir dan beberapa kelompok Salafi menggunakan metode RUKYAH.

3. Sementara Saudi Arabia menggunakan metode HISAB untuk kalendernya, kecuali pada bulan-bulan ibadah seperti Ramadan, Syawal dan Zulhijjah menggunakan RUKYAH.

4. Antara Pemerintah (Kemenag RI), Persatuan Islam dan Muhammadiyah, meskipun sama-sama menggunakan metode HISAB, tetapi kriteria awal bulan hijriah yang digunakan berbeda. Kemenag memakai kriteria imkanu rukyat (visibilitas hilal) 2°, Persatuan Islam imkanu rukyat juga tetapi 4°, sedangkan Muhammadiyah memakai kriteria wujudul hilal 0°. Oleh sebab itu, Zulhijjah 1436 H tahun ini Pemerintah dan Persatuan Islam menetapkan hal yang sama, yaitu 1 Zulhijjah jatuh pada tanggal 15 September, krn pada tanggal 29 Zulkaidah / 13 September, ketinggian hilal hanya 0° 25'. Sementara Muhammadiyah menetapkan 1 Zulhijjah jatuh pada tanggal 14 September, karena ketinggian hilal di atas 0°.

5. Sementara NU dan Hizbut Tahrir yang sama-sama menggunakan Rukyah pun bisa terjadi perbedaan, karena NU memakai rukyah dengan matlak lokal (Indonesia), sementara Hizbut Tahrir memakai rukyah dengan matlak global. Jadi, jika di Indonesia rukyah gagal, dalam arti hilal tidak berhasil dilihat, maka jumlah hari pada bulan yang sedang berjalan digenapkan menjadi 30 hari, seperti kasus Zulhijjah 1436 H kali ini. Sementara bagi Hizbut Tahrir, meskipun di Indonesia tidak berhasil dilihat, namun jika di satu belahan dunia lain, di Newyork misalnya, hilal dapat dilihat, maka eso. harinya sudah masuk bulan baru.

6. Adapun Arab Saudi, sebenarnya kalender hijriah yang digunakan nyaris sama dengan kalender Muhammadiyah. Sehingga jika Arab Saudi menentukan awal bulan ibadah menggunakan kalendernya, yaitu Kalender Ummul Qura (KUQ), hampir pasti sama dengan ketetapan Muhammadiyah. Hal ini karena kriteria KUQ, yaitu miladul-hilal, hampir sama dengan wujudul-hilal Muhammadiyah. Namun Arab Saudi menggunakan metode rukyah untuk menentukan awal bulan-bulan ibadah, seperti Zulhijjah 1436 H ini. Sampai hari ini, laporan yang diterima dari Arab Saudi adalah bahwa hilal tidak bisa dilihat, meskipu. pengumuman resmi dari yang berwenang belum keluar.

7. Tahun ini, ada persamaan penetapan awal bulan antara Kemenag RI, Persatuan Islam dan Arab Saudi, yaitu 1 Zulhijjah jatuh pada tanggal 15 September. Sementara Muhammadiyah menetapkan 1 Zulhijjah jatuh pada tanggal 14 September. Padahal tahun lalu, Muhammadiyah lah yang bersamaan dengan Saudi Arabia, sementara Pemerintah, Persatuan Islam dan NU sehari kemudian. Sementara tahun 2007, Pemerintah, Muhammadiyah, Persatuan Islam dan NU bersamaan 1 Zulhijjahnya, sedangkan Saudi Arabia sehari lebih awal.

8. Implikasi dari semua itu adalah pada soal ibada. bagi umat Islam, khususnya Puasa Arafah, Qurban dan Iduladha. Muncul pertanyaan, lalu kapan puasa Arafahnya ?? Apakah sesuai tanggal di suatu tempat atau sesuai waktu riil pelaksanaan wukuf di Arafah ?? Kapan pula shalat Iduladhanya ?? Bagaimana jika kita berpuasa di Indonesia, sementara di Saudi Arabia orang sudah menyembelih kurban ?? Atau sebaliknya, di Indonesia sudah menyembelih kurban sementara di Saudi Arabia jamaah haji masih wukuf ?? Kapan berakhirnya hari Tasyrik sebagai batas akhir waktu berkurban ??

9. Oleh karena perbedaan metode dan kriteria penentuan awal bulan hijriah itulah, maka waktu ibadah umat Islam pun menjadi berbeda. Sebagai solusi sela, maka umat Islam dapat menjalankah ibadah seperti puasa Arafah dan salat Iduladha sesuai yang diyakininya. Bagi pimpinan, anggota dan warga Muhammadiyah tetap dapat menggunakan penetapan yang telah dikeluarkan oleh PP Muhammadiyah, yaitu puasa Arafah pada tanggal 22 September dan Iduladha pada tanggal 23 September.

10. Demikianlah gambaran karut marutnya penanggalan dalam dunia Islam. Antar Ormas, antar negara, antara Ormas dengan Negara, mempunyai metode dan kriteria masing-masing. Jika hal ini dibiarkan, maka sampai kapan pun, perbedaan itu akan tetap ada. Tahun 2007, Saudi Arabia yang berbeda dengan Pemerintah Indonesia dan Ormas-ormasnya. Tahun 2014, Pemerintah, NU dan Persis di satu sisi, berbeda dengan Saudi Arabia dan Muhammadiyah di sisi lain. Tahun 2015, giliran Muhammadiyah yang mungkin berbeda dengan Saudi Arabia, sementara Pemerintah, NU dan Persatuan Islam mungkin sama dengan Saudi Arabia. Disebut mungkin karena sampai tulisan ini dibuat, belum diperoleh informasi resmi dari Pemerintah Saudi Arabia. Agaknya, perbedaan dengan Saudi Arabia menjadi seperti piala bergilir, bergantian antara satu dengan yang lain.

11. Karut marut penanggalan dalam dunia Islam ini hanya dapat diselesaikan jika umat Islam memiliki sebuah KALENDER HIJRIAH GLOBAL, yang berlaku secara internasional, terpadu antara kalender ibadah dan muamalah. Tanpa itu, perbedaan akan terus terjadi, umat Islam harus saling sepakat, sepakat untuk berbeda.

Terima Kasih

No comments:

Post a Comment