Sunday 30 August 2015

Permainan Tradisional Yang Mulai Punah

Cipitmeni.Blogspot.com-- Perkembangan Teknologi yang semakin maju membuat anak-anak sekarang lebih mudah untuk bermain tinggal buka gadget sudah banyak permainan-permainan yang tersedia. Namun miris jika anak sekarang lebih banyak menghabiskan bermain bersama gadget karena hal itu bisa menimbulkan anak kurang bisa bersosialisasi dengan teman-temannya.


Sungguh miris jika melihat kembali kegiatan anak-anak kecil di jaman saat ini. Mereka pasti tidak sempat mengalami serunya berbagai permainan tradisional yang pernah kita alami dulu. Padahal, sangat begitu banyak manfaat yang didapat dari permainan tradisional tersebut salah satunya melatih motorik anak dan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Berikut Ini Permainan-permainan tradisional yang sudah mulai ditinggalkan oleh anak-anak jaman sekarang :
1. Slodoran/Gobak Sodor
GobakSodor

Gobak Sodor adalah jenis permainan tradisional yang dimainkan menjadi 2 team yang terbagi menjadi team jaga dan team yang menembus benteng lawan. Mungkin beda daerah beda juga namanya ya?? Tapi lebih jelasnya aturan mainnya seperti ini.
Cara main
Permainan ini dilakukan oleh 2 team dengan masing-masing team terdiri dari tiga orang atau lebih sebagai penjaga. Satu team bermain sebagai PENJAGA dan team lawan bermain sebagai PEMAIN, permainan sebagai PEMAIN dan PENJAGA dilakukan secara bergantian.
Setiap anggota team PEMAIN akan berusaha mencapai garis belakang arena ( “the door” ) dan anggota team PENJAGA akan mencegahnya.
Jika PEMAIN tersentuh PENJAGA, maka kedua team bergantian sebagai PEMAIN dan PENJAGA
Oh iya gan,Kata Gobak sodor ini kemungkinan disadur dari bahasa Inggris “Go back to the door” hehe…
2. Sunda manda/Sura manda
engklek

Sunda manda atau juga disebut éngklék, téklék, ingkling, sundamanda / sundah-mandah, jlong jling, lempeng, dampu, atau sura manda adalah permainan anak tradisional yang populer di indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan.
Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, baik di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Di setiap daerahnya dikenal dengan nama yang berbeda. Terdapat dugaan bahwa nama permainan ini berasal dari “zondag-maandag” yang berasal dari Belanda dan menyebar ke nusantara pada zaman kolonial, walaupun dugaan tersebut adalah pendapat sementara.
Permainan Sunda manda biasanya dimainkan oleh anak-anak, dengan dua sampai lima orang peserta. Di Jawa, permainan ini disebut engklek dan biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Permainan yang serupa dengan peraturan berbeda di Britania Raya disebut dengan hopscotch. Permainan hopscotch tersebut diduga sangat tua dan dimulai dari zaman Kekaisaran Romawi.
Cara main
Peserta permainan ini melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yang telah digambar sebelumnya di tanah.
Untuk dapat bermain, setiap anak harus berbekal gacuk yang biasanya berupa sebentuk pecahan genting, yang juga disebut kreweng, yang dalam permainan, kreweng ini ditempatkan di salah satu petak yang tergambar di tanah dengan cara dilempar, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.
Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu, berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan “sawah” mereka, yang artinya di petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak itu dengan kedua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki kotak paling banyak adalah yang akan memenangkan permainan ini.
3. Ular Naga
ular naga

Ular Naga adalah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan anak-anak Jakarta di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah lapang atau halaman rumah yang agak luas. Lebih menarik apabila dimainkan di bawah cahaya rembulan. Pemainnya biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga lebih, anak-anak umur 5-12 tahun (TK – SD).
Cara main
Anak-anak berbaris bergandeng pegang ‘buntut’, yakni anak yang berada di belakang berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai “induk” dan berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar bermain sebagai “gerbang”, dengan berdiri berhadapan dan saling berpegangan tangan di atas kepala. “Induk” dan “gerbang” biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya tarik permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan.
Barisan akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang berjalan-jalan dan terutama mengitari “gerbang” yang berdiri di tengah-tengah halaman, sambil menyanyikan lagu. Pada saat-saat tertentu sesuai dengan lagu, Ular Naga akan berjalan melewati “gerbang”. Pada saat terakhir, ketika lagu habis, seorang anak yang berjalan paling belakang akan ‘ditangkap’ oleh “gerbang”.
Setelah itu, si “induk” –dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya– akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua “gerbang” perihal anak yang ditangkap. Seringkali perbantahan ini berlangsung seru dan lucu, sehingga anak-anak ini saling tertawa. Sampai pada akhirnya, si anak yang tertangkap disuruh memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan pilihannya, ditempatkan di belakang salah satu “gerbang”.
Permainan akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyi, Ular Naga kembali bergerak dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap. Perbantahan lagi. Demikian berlangsung terus, hingga “induk” akan kehabisan anak dan permainan selesai. Atau, anak-anak bubar dipanggil pulang orang tuanya karena sudah larut malam.


4.Petak umpet Versi Bang-bangan
petak umpet

Petak umpet versi bang-bangan adalah versi tempat ane tinggal gan, permainannya kaya petak umpet biasa tapi kalo ketemu orangnya dipanggilnya bang, pas ane dulu main ane sering ngumpet diatas pohon gan atau didalam air, kebetulan deket ama sungai. Nih cara mainnya:
Cara main
Semua anak melakukan ritual “alaium gambreng”, sampai tinggal 2 anak, kemudian 2 anak yg tersisa harus suit sampai 3x, yg kalah jaga gawang.
Yg jaga tutup matanya, hitung sampai 10x Teman-teman yg nggak jaga nyari tempat untuk ngumpet.
Kalau sudah sampai hitungan ke-10, yg jaga langsung nyari teman-temennya yg ngumpet, kalau ketemu satu, langsung lari cepat-cepat balapan dgn temannya itu sampai ke gawang kemudian pegang gawang sambil teriak ‘Bang’ tandanya satu orang sudah ketemu, tinggal cari yg lainnya.
Kalau ternyata yg duluan sampai gawang adalah temannya yg ngumpet, permainan ronde satu langsung selesai, tapi yg jaga gawang dihukum harus jaga lagi pada permainan ronde berikutnya.


5.Cublak-cublak Suweng
cublak suweng
cublak suweng
“Pak Empo lirak lirik sapa ngguyu ndeloake”.begitulah sebagian lirik dari lagu cublak-cublak suweng. Saat itulah, yang jaga harus menebak siapa yang menyembunyikan suweng atau anting!
Cara main
Gambreng dan yang kalah menjadi Pak Empo. Dia berbaring telungkup di tengah, anak-anak lain duduk melingkar. Buka telapak tangan menghadap ke atas dan letakkan di punggung Pak Empo.
Salah satu anak memegang biji/ kerikil dan dipindah dari telapak tangan satu ke telapak tangan lainnya diiringi lagu Cublak-Cublek Suweng. “Cublak cublek suweng, suwenge ting gelenter, mambu ketundung gudel. Pak empo lirak-lirik, sapa mau sing delekke. Sir sir pong dele gosong, sir sir pong dele gosong”.
Pada kalimat ”Sapa mau sing delekke” serahkan biji/ kerikil ke tangan seorang anak untuk disembunyikan dalam genggaman.
Di akhir lagu, semua anak menggenggam kedua tangan masing-masing, pura-pura menyembunyikan kerikil, sambil menggerak-gerakkan tangan.
Pak Empo bangun dan menebak di tangan siapa biji/ kerikil disembunyikan. Bila tebakannya benar, anak yang menggenggam biji/ kerikil gantian menjadi Pak Empo. Bila salah, Pak Empo kembali ke posisi semula dan permainan diulang lagi.
6.Bedhil-bedhilan / Tembak-tembakan
bedil bedilan
bedil bedilan
Merupakan permainan fiksi atau bo’ong-bo’ongan gan layaknya rambo dan tentara, kalo ditempat ane senjatanya semua menggunakan pelepah pisang.
Cara main
Membuat alat tempur dengan pelepah pisang dengan macam senjata beserta bom-bomnya.
Tentukan 2 kelompok dengan masing-masing satu ketua, ketua suit dan bila kalah kalah suit berarti itu kelompok penjahat dan yang menang menjadi kelompok tentara.
Kelompok penjahat bajunya dikeluarkan atau di pakai setengah baju., kelompok tentara di masukan(kan tentara kudu rapi).
Nah seperti petak umpet, kelompok penjahat bersembunyi dan kelompok tentara mencari.
Lalu apabila salah satu menemukan penjahat/tentara harus cepat-cepat bilang “dor”, siapa yang duluan tertembak itu menjadi tawanan/kalah.
Menang dan kalah ditentukan apabila salah-satu kelompok banyak menyandra banyak tawanan, dan kelompok yang kalah adalah kelompok yang anggotanya banyak yang mati.

Mungkin masih banyak lai permainan-permainan yang lain. semoga permainan tersebut tidak punah seiring perkembangan zaman
Terima Kasih


No comments:

Post a Comment