Monday 9 November 2015

Pidato Bung Tomo Yang Menggetarkan Hati



Cipitmeni.blogspot.com-- Setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.  Taukah kalian peristiwa apa yang terjadi pada tanggal tersebut sehingga bangsa Indonesia memperingatinya sebagai hari pahlawan.

Hari pahlawan diperingati karena pada tanggal 10 November 1945 terjadi peristiwa bersejarah perang antara pihak tentara Indonesia melawan pasukan Belanda dan Tentara Inggris di kota Surabaya. Pertempuran tersebut adalah salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa Pertempuran 10 November itu berawal dari terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby dan penggantinya Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan Ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus menyerahkan diri dengan mengangkat tangan diatas dan batas ultimatum tersebut adalah jam 6 pagi tanggal 10 November 1945.

Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat Indonesia. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia. Berikut ini pidato penolakan yang disampaikan oleh pemimpin revolusioner yang sangat dihormati yaitu Bung Tomo.

Berikut Ini Pidato Bung Tomo :




Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.
Inggris kemudian membombardir kota Surabaya dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal maupun terluka.


Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris.

Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600 - 2000 tentara. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.
Terima Kasih.

No comments:

Post a Comment